
Berbanggalah kita orang Indonesia karena mempunyai banyak sekali warisan dari nenek moyang berupa kekayaan peninggalan budaya, dalam hal ini khususnya peninggalan spiritual atau budaya ketuhanan yang merupakan hasil olah batin nenek moyang kita yang sudah barang tentu bukan merupakan karya orang biasa. Itulah yang menyebabkan kenapa begitu tinggi nilai yang terkandung di dalamnya.
Dalam tulisan ini, saya ingin menguraikan sekelumit tentang suatu ilmu ksatrian tingkat tinggi yang pernah berjaya pada masa Wali Songo dalam penyebaran/syiar Islam di tanah Jawa. Namanya AJI KAPRAWIRAN ILMU HAK. Seperti apakah keunggulan ilmu langka ini...?
Dalam epos ramayana, dikisahkan betapa hebatnya Ajian Pancasona milik Prabu Rahwana, raja diraja dari Kerajaan Alengka. Agaknya, setelah mendapatkan ajian ini dari resi Subali, Rahwana menjadi lupa diri. Sikapnya yang Adigang, Adigung, dan Adiguna telah membuat tatanan dunia menjadi berantakan. Akhirnya para dewa bersidang guna meminta Batara Wisnu turun ke dunia sebagai Ramawijaya. Sang adik tercinta, Gunawan Wibisana telah memberikan larangan keras, tetapi Rahwana tetap saja tidak menggubrisnya. Akhirnya, ditangan Dewa Pemelihara Alam, tepatnya melalui senjata pamungkas Gunawijaya, Rahwana tewas bersimbah darah. Ajian Pancasonanya hilang atas karsa Sang Hidup.
Seperti yang kita ketahui, pemilik Ajian Pancasona tidak akan dapat mati sepanjang empat unsur yang ada pada manusia, yakni : api, tanah, angin, dan air masih ada.
Dalam hal Aji Kaprawiran Ilmu Hak, bagi yang meyakini, kehebatan ilmu ini tak jauh beda dengan Aji Pancasona yang dimiliki oleh Pabu Rahwana, raja Alengka. Bila seseorang telah sempurna di dalam penguasaannya, maka ilmu ini dapat dijadikan sebagai benteng diri yang sangat ampuh. Para pakar pengamat spiritual menyatakan bahwasanya Aji Kaprawiran Ilmu Hak ini lebih banyak kegunaannya dan bahkan lebih fleksible dalam penggunaannya.
Seperti halnya Aji Pancasona, maka Aji Kaprawiran Ilmu Hak inipun dapat hidup kembali bila pemiliknya mati belum pada waktunya atau belum diridhoi Tuhan. Selain itu, ilmu ini berguna untuk menangkis berbagai serangan ilmu hitam, atau yang sejenisnya, bahkan pemilik ilmu ini juga ditakuti oleh makhluk halus. Para pakar spiritualis meyakini, kehebatan ilmu ini mampu membuat bangsa makhluk halus yang lewat di dekat pemilik ilmu ini seolah terbakar.
Kegunaan ilmu yang satu ini ternyata sangat banyak, tergantung niat pemiliknya. Di dalam keadaan yang serba tidak menentu, dimana jaminan keamanan terasa sangat kurang, maka tidak ada salahnya jika ilmu ini digunakan sebagai pagar untuk melindungi diri dari marabahaya yang akan mengancam kita.
Bagi Anda yang ingin mendalami ilmu yang satu ini, maka harus melalui ritual sebagai berikut :
"Mangka wong lanang sejati iku,
kang angucap jaya ya ingsun,
kalotan ya ingsun,
iradat ya ingsun upas bruwang api sejati,
banyu urip warna rupa kawasan kadayan ya ingsun,
simaning wali nabi mukmin ya ingsun,
sapa kang ana ing kursi ya ingsun,
simaning Malaekat ora ana,
nanging ingsun kang jumeneng Allah,
lan kenaning rusak,
tak kenaning pati, tis-teritislah ujudku."
Demikianlah bahasan tentang Aji Kaprawiran Ilmu Hak yang di zaman dahulu begitu dirahasiakan. Hal ini wajar, sebab para sepuh takut jika keampuhan ilmu ini disalh gunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, ketika zaman sudah mulai berubah, maka berbagai warisan budaya spiritual dari para nenek moyang kembali digali dengan tujuan agar tak lapuk dimakan zaman. Atau setidak-tidaknya bisa menambah wawasan bagi kita semua....
Dalam tulisan ini, saya ingin menguraikan sekelumit tentang suatu ilmu ksatrian tingkat tinggi yang pernah berjaya pada masa Wali Songo dalam penyebaran/syiar Islam di tanah Jawa. Namanya AJI KAPRAWIRAN ILMU HAK. Seperti apakah keunggulan ilmu langka ini...?
Dalam epos ramayana, dikisahkan betapa hebatnya Ajian Pancasona milik Prabu Rahwana, raja diraja dari Kerajaan Alengka. Agaknya, setelah mendapatkan ajian ini dari resi Subali, Rahwana menjadi lupa diri. Sikapnya yang Adigang, Adigung, dan Adiguna telah membuat tatanan dunia menjadi berantakan. Akhirnya para dewa bersidang guna meminta Batara Wisnu turun ke dunia sebagai Ramawijaya. Sang adik tercinta, Gunawan Wibisana telah memberikan larangan keras, tetapi Rahwana tetap saja tidak menggubrisnya. Akhirnya, ditangan Dewa Pemelihara Alam, tepatnya melalui senjata pamungkas Gunawijaya, Rahwana tewas bersimbah darah. Ajian Pancasonanya hilang atas karsa Sang Hidup.
Seperti yang kita ketahui, pemilik Ajian Pancasona tidak akan dapat mati sepanjang empat unsur yang ada pada manusia, yakni : api, tanah, angin, dan air masih ada.
Dalam hal Aji Kaprawiran Ilmu Hak, bagi yang meyakini, kehebatan ilmu ini tak jauh beda dengan Aji Pancasona yang dimiliki oleh Pabu Rahwana, raja Alengka. Bila seseorang telah sempurna di dalam penguasaannya, maka ilmu ini dapat dijadikan sebagai benteng diri yang sangat ampuh. Para pakar pengamat spiritual menyatakan bahwasanya Aji Kaprawiran Ilmu Hak ini lebih banyak kegunaannya dan bahkan lebih fleksible dalam penggunaannya.
Seperti halnya Aji Pancasona, maka Aji Kaprawiran Ilmu Hak inipun dapat hidup kembali bila pemiliknya mati belum pada waktunya atau belum diridhoi Tuhan. Selain itu, ilmu ini berguna untuk menangkis berbagai serangan ilmu hitam, atau yang sejenisnya, bahkan pemilik ilmu ini juga ditakuti oleh makhluk halus. Para pakar spiritualis meyakini, kehebatan ilmu ini mampu membuat bangsa makhluk halus yang lewat di dekat pemilik ilmu ini seolah terbakar.
Kegunaan ilmu yang satu ini ternyata sangat banyak, tergantung niat pemiliknya. Di dalam keadaan yang serba tidak menentu, dimana jaminan keamanan terasa sangat kurang, maka tidak ada salahnya jika ilmu ini digunakan sebagai pagar untuk melindungi diri dari marabahaya yang akan mengancam kita.
Bagi Anda yang ingin mendalami ilmu yang satu ini, maka harus melalui ritual sebagai berikut :
- Mandi keramas sampai sembilan kali dalam satu malam, tiap hari Sabtu.
- Sedang siangnya tidak boleh tidur, hingga sembilan (9) kali hari Sabtu.
- Mantera dibaca tiga (3) kali tiap akan melakukan mandi keramas, sedang dalam penggunaannya cukup dibaca sekali saja.
"Mangka wong lanang sejati iku,
kang angucap jaya ya ingsun,
kalotan ya ingsun,
iradat ya ingsun upas bruwang api sejati,
banyu urip warna rupa kawasan kadayan ya ingsun,
simaning wali nabi mukmin ya ingsun,
sapa kang ana ing kursi ya ingsun,
simaning Malaekat ora ana,
nanging ingsun kang jumeneng Allah,
lan kenaning rusak,
tak kenaning pati, tis-teritislah ujudku."
Demikianlah bahasan tentang Aji Kaprawiran Ilmu Hak yang di zaman dahulu begitu dirahasiakan. Hal ini wajar, sebab para sepuh takut jika keampuhan ilmu ini disalh gunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, ketika zaman sudah mulai berubah, maka berbagai warisan budaya spiritual dari para nenek moyang kembali digali dengan tujuan agar tak lapuk dimakan zaman. Atau setidak-tidaknya bisa menambah wawasan bagi kita semua....